WAJIB DIBACA UNTUK ANDA YANG INGIN SUKSES
PENYABOTASE
SUKSES ANDA
Oleh
: Wangsit Supeno
“Kejadian-kejadian
dalam hidup kita bukanlah yang membentuk hidup kita, tetapi pikiran kitalah
yang memberikan arti bagi setiap kejadian yang terjadi dalam hidup kita” (Anthony
Robbins)
Tulisan
ini sengaja saya buat untuk mengingatkan saya, dan pembaca yang budiman untuk
serius memperhatikan bahwa salah satu penyebab utama seseorang belum mencapai
sukses sesuai yang diinginkan disebabkan karena “ada bagian yang menyabotasi keinginan sukses tersebut”.
Ketahuilah
bahwa kita adalah sebuah Masterpiece
atau Mahakarya dari Sang Khalik pencipta alam semesta. Kita berasal dari satu
sel sperma “Pemenang” yang berhasil berjuang keras melawan sekitar 200 – 400 juta
sel sperma aktif lainnya yang siap menyingkirkan diri kita. Pada akhirnya saya
dan Anda adalah pemenangnya sehingga bisa menghirup aroma mawangi dunia.
Sejak
lahirpun kita adalah Pemenang dan sebuah hal yang pantas tumbuh subur dalam
diri kita untuk bisa menjadi sukses sepanjang hidup dan bisa menjadi bekal di
alam yang lebih abadi.
“Para pemenang
mempunyai kebiasaan untuk menciptakan ekspektasi-ekspektasi positif sebelum hal
itu terjadi” (Brian Tracy)
Dari
pakar motivasi yang saya pelajari, maka sukses bisa terbagi dalam beberapa
bagian yaitu :
1. Sukses dalam hal Materi
2. Sukses dalam hal Karir
3.
Sukses dalam hal Religi
4.
Sukses dalam hal Intelektual
5.
Sukses dalam hal Cinta
Para
pakar motivasi juga mengatakan bahwa untuk mencapai sukses kita diminta menulis
Goal
(tujuan) yang memenuhi komponen Spesifik,
Bisa terukur, Bisa dicapai, Realistis, Memiliki batasan waktu bahasa
kerennya SMART.
Pembaca
yang budiman, ada yang menarik tentang satu komponen dalam mencapai Goal
yaitu “Bisa Dicapai”, ini yang kadang menjadi sulit di jadikan
kenyataan, sebab berhubungan dengan Mindset
(pola pikir) yang mempengaruhi seseorang dalam mencapai goal tersebut.
Bicara soal Mindset maka tidak lepas dari yang namanya Pikiran (Mind).
Bahwa pikiran merupakan sebuah kekuatan dahsyat yang akan menjadi seseorang
sukses atau tidak itu sudah jelas adanya. Seseorang yang memiliki Mindset
(Pola Pikir) positif, akan mempengaruhi perilaku, tindakan yang mengarah pada
hal positif sesuai rencana tujuan yang telah ditetapkan. Dengan Mindset
positif akan menghasilkan Goal sesuai dengan yang teah
direnacanakan.
Permasalahannya,
mengapa saya atau seseorang yang telah bekerja keras mewujudkan keinginan
suksesnya, tetapai belum juga bisa tercapai ? Apakah dengan mudah kita
menyalahkan nasib ? lalu pasrah dan berserah diri ketika sesungguhnya Tuhan
menilai saya atau seseorang itu belum melakukan upaya yang “Tepat” disamping
kerja keras ? Inilah yang menjadi pikiran saya dan banyak orang yang
menginginkan impian suksesnya bisa tercapai.
Saya
pelajari banyak literatur, dan nasehat guru-guru motivator dan mengevaluasi
perjalanan hidup saya, lalu saya mendapatkan kunci permasalahannya yaitu, bahwa
di dalam diri saya dan setiap orang “Ada
yang menyabotasi keinginan sukses itu”, dan jka itu terus berlangsung akan
menjadi maslaah mental yang disebut dengan Mental Block seumur hidup.
Mohon
tidak berfikir negatif kepada orang sekitar Anda sebab belum tentu yang menyabotase
adalah mereka. Lalu siapa dong ?
Siapa yang Menyabotase Pikiran
Sukses ? Dan apa maksudnya ia Menyabotase ?
Pembaca
yang budiman, setiap orang yang memiliki impian, dan kesungguhan atas keinginan
sukses dalam dirinya, maka seharusnyalah bertindak habis-habisan menurut versi
dirinya. Uniknya meskipun sudah bertindak habis-habisan tetapi belum bisa menemukan
sukses baik dalam hal karir, kesehatan, kebahagiaan, intelektual (kuliah), religi,
dan percintaan sesuai dengan harapannya.
Contoh,
seorang Saf Marketing bank yang merupakan ujung tombak dalam
memasarkan produk, setiap diarahkan pimpinan karena kinerjanya tergolong
rata-rata, selalu mengakhir dengan kalimat, “saya akan meningkatkan pencapaian target pelemparan kredit dan NPL saya
bulan ini”. Pada faktanya, sekalipun ia memiliki keinginan dan telah bekerja
keras melakukan marketing dan monitor, tetapi dirinya tidak mencapai target yang
diharapkan perusahaan meskipun tidak juga terlalu rendah, sehingga bisa
digolongkan sebagai Staf Marketing kelas rata-rata.
Saya
mencoba melacak apa penyebab ia memiliki kualitas kerja seperti itu. Akhirnya
saya menemukan sebuah masalah yang telah menyabotase sukses dirinya dalam
mencapai target kerjanya, ia memeang prinsp yaitu “Kalau nasabahnya banyak dan besar-besar
saya kuatir kredit bermasalah yang saya hadapi juga besar, sehingga kenyamanan
mendapatkan insentif terganggu”.
Analisis Masalah
:
1.
Pihak yang mensabotase sukses Staf Marketing tersebut dalam bekerja adalah “Bagian Dirinya
Sendiri” saya ulangi “Bagian Dirinya Sendiri”. Jadi pertanyaan siapa yang
mensabotase sukses saya dan Anda selama ini adalah “Bagian Diri Kita Sendiri”.
2.
Sabotase itu dalam bentuk “Kekuatiran akan kegagalan dalam memelihara Rekening
Kredit Nasabahnya sehingga akan terancam pengurangan insentif yang selama ini diterima”.
Ia lebih memilih rata-rata toh tidak diberhentikan tetapi dia sendiri nyaman.
3. Ada sebuah konflik batin dalam diri Staf Marketing tersebut disisi lain ia ingin sukses tetapi di sisi lain ia tidak ingin
menghadapi masalah dari apa yang dikerjakan dan sudah nyaman dengan apa yang
sudah diperoleh.
4. Konflik batin ini kemudian dicocokkan dengan
situasi dan kondisi yang ada plus masukkan dari rekan-rekan maka keyakinan itu
menjadi sugesti sebuah pembenaran bagi dirinya tidak melakukan aktivitas yang
optimal untuk mewujudkan komitmennya seperti yang disampaikan kepada atasannya.
5. Dalam ilmu pikiran, bahwa apa yang
divisualisasikan dan sangat diinginkan begitu kuat dalam diri seseorang maka
akan berlaku Law Attraction atau Hukum Alam yang akan merealisasikan apa
yang dipikirkannya itu. Maka karena Staf Marketing mevisualisasikan rasa nyaman jika
tidak melempar kredit yang besar maka terwujud, dan itu akan terus terulang
jika sang penyabotase tidak dibereskan.
6.
Sang penyabotase ini sebebanarnya sangat baik yaitu untuk melindungi Staf Marketing tersebut
dari risiko permasalahan yang besar jika terjadi macet maka akan merepotkan
dirinya, dan melindungi dirinya dari ketidak nyamanan jika banyak yang
bermasalah ia tidak akan memperoleh insentif. Namun yang jadi masalah adalah
Sang Penyabotase telah menjadikan diri seseorang tidak memiliki gairah atau
semangat untuk meneruskan mengatasi masalah, mencari solusi, agar kreditnyanya
tetap banyak tetapi berkualitas atau masalahnya kecil sehingga kenyamanan
mendapat Insentif semakin besar.
7. Pelatihan yang ia ikuti terkait kompetensi atau kemampuan bekerja tak
akan ampuh merubah hasil secara signifikan, disinilah perlunya pelatihan yang
memberikan ilmu Mental Therapy baik salah satunya dengan metode Emotional
Freedom Technique (EFT) seperti yang saya pelajari dari Adi W Gunawan seorang pakar Mind Technologi dan Transformasi Diri, atau metode Instant Change Technique (ICT) yang
saya pelajari dari Ariesandi Setyono seorang
Peak Performance Coach, atau dengan cara Hypnosis yang akan membantu
seseorang dapat melepaskan “sang penyabotase” dan setelah itu dilakukan
pemrograman pikiran bawah sadar dengan sugesti positif sepanjang adanya “Niat” dan “Menyetujui” untuk dilakukan therapy mengatasi masalah mental
tersebut.
Pembaca
yang budiman, bagian yang melakukan sabotase atas pencapaian keinginan sukses seseorang
itu berbentuk perasaan atau emosi
negatif yang tersimpan dengan manis di dalam pikiran manusia dan 90% mempengaruhi cara berfikir seseorang
yaitu “Pikiran Bawah Sadar (Subconcious Mind)”. Fungsi pikiran bawah sadar di antaranya
adalah menyimpan data memori dan penyimpan emosi.
Kabar
buruk tentang pikiran bawah sadar adalah, pikiran bawah sadar selalu
menghasilkan pikiran negatif dan bersifat Homeostatis sebuah sifat yang
mengakibatkan orang malas dan berat untuk melakukan perubahan terlebih kalau
perubahan itu dapat mengganggu kenyamanan hidup. Meskipun maksudnya baik untuk
memproteksi diri dari hal-hal yang tidak nyaman, tetapi ini akan menjadikan
konflik batin sebab berlawanan dengan keinginan mencapai sukses itu sendiri.
Mohon
diingat baik-baik : “Motivasi seperti apapun yang diberikan kepada seseorang
untuk melakukan perubahan (change)
hanya akan berdampak temporer saja, jika Emosi Negatif yang memunculkan “belief (keyakinan) negatif” tidak
dibereskan”.
“Perubahan
itu menyakitkan. Ia menyebabkan orang merasa tidak aman, bingung dan marah.
Orang menginginkan setiap hal seperti semula, karena mereka ingin hidup yang
mudah”
(Richard Marcinko).