Minggu, 16 Desember 2012

ANALISA KEBUTUHAN TRAINING BPR


EDUKASI SUMBER DAYA  Training & Consultant SDM SHARE POSITIVE ARTICLE


PENTINGNYA TRAINING NEEDS ANALYSIS (TNA) DALAM PENYUSUNAN RENCANA KERJA DIREKSI BPR
Oleh : Wangsit Supeno, SE, MM
      
Bank Perkreditan Rakyat yang semakin tumbuh pesat di tanah air dalam operasionalnya tidak terlepas dari masalah keseharian khususnya dalam meningkatkan penghimpunan dan pelepasan dana, menjaga kualitas pemberian kredit agar selalu sehat dan SDM yang selalu memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerjanya di BPR.

Pimpinan BPR memiliki tanggung jawab terhadap keberhasilan operasional perusahaan dari segala lini. Keberhasilan akan diperoleh jika perusahaan memiliki 3 sistem penting berikut ini yang dapat berjalan dengan baik yaitu :

1.    Sistem perekrutan dan pengembangan SDM
Sebuah perusahaan yang hebat harus didukung oleh SDM yang juga hebat. Dalam hal ini BPR sebagai sebuah perusahaan jasa keuangan yang dituntut melayani publik dengan prima, tentunya SDM menjadi bagian sangat fundamental yang akan menentukan keberhasilan operasional BPR. 


BPR yang tidak memiliki sistem perekrutan dan pengembangan SDM yang baik akan terancam dengan tingginya biaya tenaga kerja yang tidak produktif dan pastinya akan in efisiensi yang bisa membabat profit BPR dalam waktu sekejap.

2.  Sistem Kontrol yang Akurat
Fakta sudah membuktikan,  frauds atau penyimpangan dapat membuat BPR mengalami masalah dalam operasionalnya. SDM lagi-lagi memiliki peran penting terjadinya penyimpangan di BPR. Integritas begitu penting dalam bekerja di BPR yang ketat dengan peraturan tetapi selalu saja ada celah dilanggar. 


Sistem kontrol yang akurat dan dipatuhi secara konsisten baik oleh atasan maupun bawahan akan menjadikan BPR tumbuh pesat secara aman, sehat dan memberikan jaminan kepada para deposan dan kreditur untuk terus berinvestasi dan meminjamkan dananya disana karena semua SDM yang terlibat di dalam BPR adalah SDM yang penuh tanggung jawab, integritas tinggi, loyal dan memiliki rasa sence of belonging (rasa memiliki) sehingga memunculkan rasa bangga bekerja di BPR.

3.  Sistem Marketing yang Handal
Tujuan operasional BPR sekurang-kurangnya ada lima yaitu, membangun perekonomian lokal, meningkatkan laba dengan ROA yang terus meningkat, memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan nasabah, memberikan kesejahteraan kepada SDM yang memajukan organisasi, dan memberikan ROE yang tinggi kepada owner.

Sistem Marketing yang baik dengan memperhatikan 4 P (Product, Price, Promotion dan Place) + 1 P (Personal yang Kompeten) menjadi sangat penting dalam menumbuhkan BPR yang sehat dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam pelaksanaan dilapangan strategi marketing sehebat apapun tidak akan berjalan baik tanpa dukungan SDM yang handal.


Mengapa Pimpinan BPR Harus MelakukanTraining Needs Analysis (TNA) dalam Penyusunan Rencana Kerja Tahunan  Direksi ?

Beberapa alasan yang mendasari perlunya pimpinan BPR melakukan TNA yaitu :

1.   Untuk   memastikan apakah  sebuah permasalahan  yang terkait dengan kinerja karyawan atau kinerja BPR dapat diatasi dengan diadakannya training seiring dengan upaya  pencapaian target kerja Direksi satu tahun ke depan.
2.    Jika  training  menjadi  solusi atas sebuah  permasalahan  kinerja karyawan maka harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya TNA maka tidak akan terjadi kesalahan dalam menetapkan tujuan, materi dan metode training, maupun dalam menentukan peserta training.
3.    Setiap training yang dilaksanakan oleh suatu BPR atau yang diikuti oleh SDM BPR terkait dengan tugasnya seharusnya akan mendukung strategi perusahaan dalam mencapai tujuannya.
4.    Dengan TNA yang tepat dan sesuai kebutuhan maka  anggaran pelatihan yng dimiliki BPR akan bermanfaat dan tidak terkesan dihabur-hamburkan.

Ruang Lingkup Training Needs Analysis (TNA)

Training Needs Analysis yang disusun oleh pimpinan BPR dalam satu tahun terdiri atas tiga elemen, yaitu :

1.   Analisis pada level organisasi
Hal yang diungkapkan pada level organisasi yaitu :
a.  Jika pimpinan BPR menempatkan karyawan sebagai bagian dari strategi untuk mencapai tujuan penyaluran dana secara berkualitas dan menguntungkan, maka pengadaan training di bidang perkreditan yang meliputi pemasaran, manajemen kredit, manajemen collection dan manajemen customer paska pemberian kredit adalah salah satu cara terbaik yang dapat dilaksanakan BPR untuk meningkatkan keterampilan teknis petugas kredit dalam meningkatkan penjualan produk dan memproses kredit serta melakukan penagihan secara benar yang akan memberikan efek positif bagi pencapaian realisasi target rencana kerja Direksi.
b.   Adanya support dari manajemen kepada karyawan yang akan disertakan dalam training dan menerapkan hasil pelatihan dalam pekerjaan sehari-hari.
c.   Kesiapan BPR untuk menyelenggarakan suatu training, termasuk kesiapan penyediaan anggaran, peserta, provider training yang pelaksanaannya tanpa mengganggu kinerja perusahaan.

2.    Analisis pada level tugas
Analisis pada level tugas yang disusun oleh pimpinan BPR bertujuan :
a.  Mengidentfikasi divisi mana sajakah yang dinilai belum sejalan dengan strategi organisasi dalam mencapai target kerja pada tahun sebelumnya dan pada tahun ini harus dikembangkan melalu training yang sesuai kebutuhan devisi tersebut.
b.  Menentukan elemen dari tugas-tugas tertentu yang diperkirakan perlu diberikan training. Elemen tersebut seperti knowledge dan skill tentang teknis marketing produk BPR, proses pemberian kredit BPR, pelayanan nasabah BPR, dan Motivasi yang dapat meningkatkan soft skill yang berdampak pada terbangunnya inner motivation untuk bekerja habis-habisan, memiliki attitude atau sikap yang baik,  memiliki integritas dan komitmen agar kinerjanya memuaskan dan memberikan kontribusi  positif  terhadap BPR.


Kinerja karyawan ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
a.   Ability,
Berhubungan dengan potensi karyawan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seorang karyawan dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.
b.   Motivation,
Berhubungan dengan kemauan yang dimiliki seorang karyawan sehingga mendorong dirinya untuk dapat menyelesaikan tugas yang diembannya dengan sebaik-baiknya sesuai yang diharapkan perusahaan.
c.   Opportunity,
Adanya kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk menyelesaikan tugasnya sesuai job description yang jelas, sarana yang tersedia untuk kelancaran kerja dan lingkungan kerja yang nyaman.

3.   Analisis pada level individu karyawan
Analisis pada level individu karyawan dilakukan untuk menentukan siapa saja karyawan yang membutuhkan training, hal terkait kedudukannya pada level organisasi dan level tugas. Untuk memperkuat analisis bisa dilakukan dengan cara membuat kuesioner, di mana dalam kuesioner tersebut diungkapkan apa saja sebab sebab yang menjadikan hambatan sehingga kinerja tidak maksimal.

Mengapa Training sangat diperlukan BPR ?
           
Fokus dari training adalah adanya kebutuhan untuk pengembangan sikap, mental, perilaku, pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugas dan wewenang karyawan yang diberikan perusahaan sehingga akan membantu dalam melancarkan a`ktivitas sehari-hari dan memberikan hasil yang memuaskan.

     Pemilihan model training lebih dilihat pada rendahnya biaya pelatihan bukannya pada kualitas training itu sendiri. Akibatnya, dana pelatihan keluar sedikit tetapi hasilnya tidak memberikan dampak apapun terhadap perusahaan, lalu disimpulkan bahwa training hanya mengamburkan waktu dan uang.

    Nara sumber pemberi training menjadi sangat penting jika kebutuhan akan pengembangan karyawan sesuai dengan strategi perusahaan dalam rangka mendukung pencapaian rencana kerja Direksi. Nara sumber haruslah orang yang profesional dibidangnya dan memiliki pengalaman langsung dibidang usaha BPR, termasuk dibidang training sehingga transfer ilmu akan lebih mudah dan sangat aplikatif di BPR.

   Kompetensi yang dibutuhkan perusahaan termasuk BPR tidaklah hanya yang berifat Hard Competencies yang berhubungan dengan keterampilan teknis pekerjaan, akan tetapi juga yang bersifat Soft Competencies (Kompetensi yang berkaitan dengan prilaku dan motivasi kerja karyawan) ini perlu mendapatkan perhatian. Hasil penelitian membuktikan hampir 80% kesuksesan seseorang didasarkan pada Internal Motivation atau Soft Competencies yang berhasil dibangun dalam dirinya sendiri, dan hanya 20% saja kompensi teknis yang dikuasai. Sehebat apapun keterampilan Account Officer dalam marketing dan pelayanan, jika tidak ada motivasi yang kuat dalam dirinya untuk melampaui target kerja, maka keahlian itu tidak akan pernah bernilai apa-apa.

Dengan demikian, pelatihan merupakan suatu tuntutan kebutuhan yang tidak bisa ditunda tetapi harus disusun secara teratur dan direncanakan secara matang melalui Training Needs Analysis (TNA) yang tepat. Hal inilah yang menjadikan pelatihan atau training diyakini sebagai kebutuhan penting untuk mampu mengatasi persoalan dalam kelancaran aktivitas pekerjaan sehari-hari sebagai strategi dalam rangka mencapai rencana kerja yang telah ditetapkan oleh Direksi. (Wangsit Supeno-161212).