MEWASPADAI
PENYAKIT PSIKOSOMATIS
Oleh : Wangsit Supeno
Beberapa tahun yang lalu seorang sahabat baik
saya, mengajak saya untuk mengikuti acara preview
workshop Instant Change Technique (ICT)
yang berbasis Hipnoterapi. Dan ketika saya mengikuti preview workshop Instant
Change Technique (ICT) tersebut, saya bertemu sosok pria ramping berkacamata
yang ramah bernama Ariesandi Setyono. Ia
seorang pendiri Akademi Hipnoterapi Indonesia (AHI).
Dalam acara preview itu, saya menyaksikan langsung Ariesandi
menangani seorang anak yang terkena masalah phobia
binatang kecoa. Wah, kalau kecoa sih buat saya tidak ada masalah meskipun kecoa
bukan jenis hewan yang saya sukai. Berbeda dengan anak itu, ia begitu histeris
ketakutan ketika melihat kecoa. Saya jadi teringat dengan teman SD saya dulu
yang takut dengan ayam hidup, kecuali kalau sudah digoreng ia tetap suka. Atau
mantan murid privat saya yang jijik jika tersentuh surat kabar. Penyakit aneh
pikir saya saat itu yang tidak memahami
tentang penyakit psikosomatis yang salah
satunya disebut phobia.
Proses terapi penyembuhan phobia itu berlangsung cepat sekitar 15 menit seperti sedang
“ngobrol” saja ….bla..bla…bla…, dan beberapa waktu kemudian diambil dan
diperlihatkan kecoa itu untuk pembuktian apakah terapinya itu berhasil.
Walhasil paska terapi si anak mulai tenang dan pelan-pelan berani melihat kecoa
dan menyentuhnya, tidak sehisteris sebelumnya.
Kunci kesembuhan dalam penanganan terapi psikosomatis dengan ICT
sebenarnya terletak pada tingkat keyakinan dan kemauan sipenderita. Seorang
terapis hanyalah perantara saja.
Paska mengikuti preview, Saya memutuskan mengikuti workshop “Instant Change Technique” atau ICT. Metode ICT merupakan terobosan
hebat dan cepat yang dilakukan Ariesandi dalam menyembuhkan berbagai masalah
penyakit psikosomatis, bahkan juga
mengatasi masalah hambatan mental di bidang keuangan, karier, bisnis dan
berbagai masalah perilaku. Teknik ini
sudah teruji sejak tahun 2007 dalam
ruang praktek pribadi Ariesandi, seorang
pakar Peak Performance Coach dan
Pendiri Akademi Hipnoterapi Indonesia (AHI). Wow, mantap artinya saya belajar
dengan orang yang tepat.
Dalam workshop ICT yang saya ikuti, Peserta pelatihan
diwajibkan membawa teman atau saudara atau siapapun yang sedang memiliki
masalah psikosomatis untuk praktek
penyembuhan. Dan yang terpenting setelah mengikuti pelatihan ICT tersebut saya yang
memiliki penyakit psikosomatis phobia minum obat, bisa disembuhkan
sampai sekarang. Prosesnya cepat hanya dalam kisaran waktu 15 menit seperti
“ngobrol” saja di ruang pelatihan.
Awalnya terasa aneh mengapa kok begitu mudah dan cepat ya
mengatasi masalah penyakit Phobia
dengan metode ICT, tetapi ini fakta lho, sekali lagi syaratnya simpel, ada
keyakinan dan kesediaan klien membuka diri untuk kesembuhan dirinya sendiri
dalam mengatasi masalah mental sampai ke akar-akarnya yang terdalam dan kadang
sudah menahun. Tugas seorang terapis ICT adalah bagaimana dengan komunikasi yang
tepat dapat menggali “Rasa” yang memunculkan masalah dalam diri klien
psikosomatis, dan itulah yang dibereskan. Sangat ilmiah
tanpa campuran klenik atau mantera-mantera yang melanggar ajaran agama.
Phobia
sebagai Penyakit Psikosomatis
Penyakit
phobia adalah salah satu penyakit psikosomatis yang cukup banyak terjadi
di sekitar kita dan akan terus terjadi di sepanjang hidup penderita jika tidak
dibereskan dengan cara terapi. Penyakit phobia,
terkesan memalukan buat penderitanya. Sipenderita terkadang enggan untuk
menyampaikan keluhannya. Rekan-rekannyapun merasa aneh, bahkan ada yang menggoda
dengan mendekatkan benda atau lainnya yang ditakuti sipenderita, nampaknya lucu
untuk orang sehat tetapi sebuah penderitaan untuk diri sipenderita.
Contoh
penyakit yang saya tangani adalah phobia
dengan cabe merah, tebu, pelangi, aroma durian, naik pesawat, ketinggian, jijik
makan bubur kacang ijo, kegelapan, hewan seperti kucing, kecoa, tidak bisa
tidur, tidak suka makan ikan dan sebagainya. Termasuk saya sendiripun pernah
mengalami phobia dengan minum obat
berbentuk kaplet atau kapsul yang telah berlangsung sekitar tujuh tahun.
Umumnya penyakit phobia terjadinya
sudah menahun, bahkan ada yang dirasakan sejak masih kecil sekitar usia 5 atau
7 tahun.
Ciri psikis orang yang terkena phobia
adalah munculnya rasa cemas atau panik, tetapi tanpa dasar yang jelas,
sedangkan ciri fisik misalnya : gemetar, jantung berdebar-debar, terkadang
disertai nafas tersengal-sengal.
Dari
beberapa sumber yang saya pelajari, Istilah "phobia"
berasal dari kata "phobi"
yang artinya ketakutan atau kecemasan yang sifatnya tidak rasional, yang dirasakan dan dialami oleh seseorang. Perlu
diketahui bahwa Phobia merupakan
suatu penyakit gangguan jiwa yang ditandai oleh ketakutan yang menetap dan
tidak rasional terhadap suatu obyek atau situasi tertentu, di antaranya takut ketinggian (alto phobia), takut air (hydro phobia), takut jenis binatang
seperti anjing, kecoa, tikus, ular (zoophobia),
termasuk takut ketika berbicara di depan publik atau ketika melakukan
komunikasi marketing (Lalio phobia)
dan sebagainya yang menjadi fenomena dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam praktek penanganan terapi kepada penderita phobia selama ini saya menggunakan metode ICT atau Hipnoterapi, kadang satu saja sudah cukup. Penyembuhan dengan metode Terapi ICT, penderita tak perlu dibuat masuk kondisi hipnosis Alfa atau Teta seperti hipnoterapi. Cukup dengan ngobrol saja dalam menggali pemicu masalah dengan melakukan regresi usia menarik mundur ke beberapa tahun silam.
Setelah ditemukan kemudian dimasukan install program terapinya. Cara kerja pemberesan masalah seperti cara kerja anti virus komputer. Keberhasilan dalam melakukan terapi penyembuhan phobia sangat tergantung dengan keyakinan klien, dan kemampuan dalam menggali masalah dari sang terapis.
Agar hasil terapi berjalan efektif, terlebih dahulu saya menggali permasalahan sipenderita phobia, saya menggunakan acuan dari rekomendasi John G. Kappas PhD. yang mengemukakan adanya 5 sindrom utama yang dialami tubuh fisik berkaitan dengan masalah emosi yang pada umumnya kita alami.
Lima sindrom tubuh seperti yang saya kutip dari Ariesandi dalam panduan workshop ICT berdasarkan simtom (gangguan) fisiologis dan psikologisnya meliputi ; The crying syndrome (sindrom menangis), Responsibility Syndrome (sindrom tanggung jawab), Sexual Frustration or Guilt Syndrome (frustrasi seksual atau perasaan bersalah), Fight or Reaching Syndrome (sindrom perlawanan atau pencapaian) dan Flight Syndrome (sindrom pelarian diri).
Simtom adalah manifestasi dari penyakit (gangguan) yang mungkin dialami secara internal, misalnya ketakutan yang timbul pada penderita neurotik, yaitu orang yang selalu diliputi kecemasan tentang kemungkinan mendapat serangan jantung atau juga penyakit (gangguan) yang dapat diobservasi secara eksternal, seperti orang yang mengeluarkan banyak keringat pada saat mengalami kecemasan. Sementara pengertian sindrom adalah suatu pola simtom-simtom yang terorganisasi dan dengan cara-cara tertentu berhubungan satu sama lain yang memungkinkan kita dapat membedakan gangguan mental yang satu dengan gangguan mental yang lainnya.
Selama ini terapi phobia yang saya lakukan dengan menggunakan metode ICT hasilnya memuaskan. Kegagalan terapi ICT ini dimungkinkan terjadi, karena adanya simtom (gangguan) lain yang tidak tergali sehingga satu simtom teratasi, tetapi simtom intinya tidak teratasi, maka terapi tidak memberikan hasil optimal. Sepanjang sumber masalah dapat ditemukan dan dibereskan dengan baik, maka kesembuhan dapat bersifat permanen.
Setelah ditemukan kemudian dimasukan install program terapinya. Cara kerja pemberesan masalah seperti cara kerja anti virus komputer. Keberhasilan dalam melakukan terapi penyembuhan phobia sangat tergantung dengan keyakinan klien, dan kemampuan dalam menggali masalah dari sang terapis.
Agar hasil terapi berjalan efektif, terlebih dahulu saya menggali permasalahan sipenderita phobia, saya menggunakan acuan dari rekomendasi John G. Kappas PhD. yang mengemukakan adanya 5 sindrom utama yang dialami tubuh fisik berkaitan dengan masalah emosi yang pada umumnya kita alami.
Lima sindrom tubuh seperti yang saya kutip dari Ariesandi dalam panduan workshop ICT berdasarkan simtom (gangguan) fisiologis dan psikologisnya meliputi ; The crying syndrome (sindrom menangis), Responsibility Syndrome (sindrom tanggung jawab), Sexual Frustration or Guilt Syndrome (frustrasi seksual atau perasaan bersalah), Fight or Reaching Syndrome (sindrom perlawanan atau pencapaian) dan Flight Syndrome (sindrom pelarian diri).
Simtom adalah manifestasi dari penyakit (gangguan) yang mungkin dialami secara internal, misalnya ketakutan yang timbul pada penderita neurotik, yaitu orang yang selalu diliputi kecemasan tentang kemungkinan mendapat serangan jantung atau juga penyakit (gangguan) yang dapat diobservasi secara eksternal, seperti orang yang mengeluarkan banyak keringat pada saat mengalami kecemasan. Sementara pengertian sindrom adalah suatu pola simtom-simtom yang terorganisasi dan dengan cara-cara tertentu berhubungan satu sama lain yang memungkinkan kita dapat membedakan gangguan mental yang satu dengan gangguan mental yang lainnya.
Selama ini terapi phobia yang saya lakukan dengan menggunakan metode ICT hasilnya memuaskan. Kegagalan terapi ICT ini dimungkinkan terjadi, karena adanya simtom (gangguan) lain yang tidak tergali sehingga satu simtom teratasi, tetapi simtom intinya tidak teratasi, maka terapi tidak memberikan hasil optimal. Sepanjang sumber masalah dapat ditemukan dan dibereskan dengan baik, maka kesembuhan dapat bersifat permanen.
Memahami Penyakit Psikosomatis
Apa
sih penyakit psikosomatis itu ? Dedi Susanto di dalam bukunya Pemulihan Jiwa
mengatakan, psikosomatis terdiri
atas dua kata yaitu, kata “Psycho” yang
artinya jiwa atau psikis, kejiwaan manusia
dan kata “Somatic” yang artinya tubuh, fungsi organ tubuh, biologis tubuh
manusia. Jadi jika kedua kata tersebut digabung menjadi Psikosomatis yang dapat
diterjemahkan sebagai sebuah hubungan antara jiwa dan tubuh.
Definisi psikosomatis secara lengkap adalah
bentuk konversi gejolak jiwa terhadap tubuh, gejolak jiwa yang berubah bentuk
menjadi gejolak di tubuh. Contohnya, penyakit migraine, susah tidur, dan
problem berat badan adalah jelmaan dari gejolak jiwa. Jiwa yang tidak dikelola
dengan baik, jiwa yang tidak dijaga, seperti munculnya rasa tidak puas, marah,
iri, dengki, dan benci. Bila tidak dipecahkan dengan baik, tidak diklarifikasi,
dan tidak diterapi dengan baik, yang akan terjadi adalah tubuh sakit. Jadi,
semacam kita mengorbankan tubuh ini dan ini sungguh sebuah kerugian besar.
Menurut pakar mind technology,
Adi W Gunawan mengutip dari The American
College of Family Physicians dalam Kompas.com mengatakan bahwa, "Sekitar
90 persen penyakit disebabkan faktor psikogenik, bukan organik. Jadi bisa
dikatakan, kondisi psikis mendominasi keadaan tubuh," Hal ini disampaikan
Adi W Gunawan pada media workshop bertajuk, Menavigasi
Pikiran dengan Hipnoterapi Klinis, di Jakarta, Rabu 13 November 2013.
Sedikitnya ada 15 emosi penyebab psikosomatis
antara lain memori sakit, konflik diri, menghukum diri, masa lalu atau masa
kini yang tidak terselesaikan, harga diri yang mengalami trauma, dan empat
jenis emosi negatif. Yang termasuk emosi negatif di antaranya rasa malu,
bersalah, marah, dan takut. Rasa marah meliputi jengkel, benci, dendam,
frustasi, sakit hati, dan tersinggung. Rasa malu, menurut Adi, adalah emosi
destruktif penyebab penyakit psikosomatis paling besar.
Menurut Dr. Ibrahim Elfiky dalam buku Terapi
Berpikir Positif mengungkapkan penelitian
Energy Medicine Dr. Herbert Spencer dari Universitas Harvard, yang menyatakan
bahwa jiwa dan tubuh itu saling melengkapi. Herbert juga mengatakan bahwa lebih
dari 90% penyakit tubuh disebabkan oleh jiwa. Inilah yang disebut dengan Psycho-Somatic. Disebutkan bahwa apa
yang dipikirkan oleh jiwa berpengaruh pada seluruh anggota tubuh bagian luar,
baik pada ekspresi wajah maupun gerakan tubuh. Pikiran jiwa berpengaruh pada
anggota tubuh bagian dalam, seperti bertambahnya detak jantung, suhu tubuh,
proses bernapas, dan tekanan darah yang ikut memengaruhi liver, ginjal, limpa,
lambung, paru-paru dan lain-lain.
Dan menurut Willy Wong dalam buku Dahsyatnya
Hipnotis mengatakan, banyak penyakit yang memang disebabkan oleh kelalaian
manusia, misalnya akibat tidak menjaga pola hidup sehat atau karena ada
serangan-serangan dari luar seperti virus, bakteri, dan lain-lain, yang
akhirnya membuat tubuh kita sakit. Namun, selain kedua hal tersebut, ada
hal-hal yang memang bersifat non medis yang menyebabkan tubuh kita “sakit”.
Penyakit ini disebabkan oleh akumulasi pikiran-pikiran bawah sadar yang dalam
bahasa psikologinya sering disebut dengan “psikosomatis”.